Mari renungkan sejenak, saat pagi datang perut kosong keroncongan, lisan haus mengecap lezat, bayang tugas hadir memaksa tuk bergerak, itukah diantara dzikir tubuh diatas fitrah? Sungguh getarannya menuntun seseorang tuk beraktifitas. Namun siapakah yang mampu menterjemah dzikir hati dan lisan saat menyebut asma-Nya, dzikir tubuh saat ruku’ dan sujud kepada-Nya? Aktifitas apa yang dihasilkan darinya? Coba pikirkan sejenak tentang kejujuran diri yang menerima kontrak pada perusahaan, ia buktikan dengan taat pada peraturan, berjuang dan berkorban menjalankan tugas mencapai tujuan. Namun renungkanlah diri yang telah terima kontrak kehidupan, seberapa jujurkah ia buktikan?
Mari tingkatkan kepekaan, ada orang jujur karena terpaksa desakkan dunia, jujurnya hanya sesekali saja tergantung besarnya dunia memaksa dia. Namun adapula yang jujur karena Allah SWT, baginya jujur bukan saja kewajiban tapi juga tuntutan iman dan buah ketaqwaan.
Termasuk yang manakah kita? mari perbaiki kejujuran.
Tulis Komentar